top of page

PERNIKAHAN ANAK DOMBA

PERJAMUAN KAWIN ANAK DOMBA

Dalam Alkitab Yesus banyak kali menggunakan perumpamaan tentang perjamuan kawin, salah satunya adalah Yesus menggambarkannya dalam cerita tentang 5 perempuan yang bijaksana dan 5 perempuan yang bodoh yang menanti kedatangan mempelai laki-laki. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus juga menggambarkan tentang hubungan Kristus dengan jemaat sebagai sepasang suami istri. Paulus dengan jelas memaparkan bagaimana seharusnya seorang laki-laki mengasihi istrinya dan bagaimana seharusnya istri tunduk kepada suaminya, hal ini adalah gambaran tentang hubungan kita sebagai mempelai perempuan dan Kristus sebagai mempelai laki-laki. Kitab Wahyu menubuatkan tentang perjamuan kawin Anak Domba, suatu peristiwa puncak dalam seluruh sejarah kehidupan manusia, dimana saat Kristus sebagai kepala gereja dipertunangkan dengan gerejaNya.

​

Saat pertama kali kita berjumpa dengan Kristus kita adalah anakNya, kita mengalami anugerah, kasih karunia, penerimaan, pengampunan, dan semua kebaikannya. Kemudian saat kita mulai bertumbuh dalam pengenalan kita kepadaNya setiap hari melalui perenungan akan firmanNya, berkomunikasi denganNya, mengalami Dia dalam setiap proses kehidupan kita, kita semakin dibawa menjadi serupa denganNya. Tuhan kemudian mulai memakai kehidupan kita untuk pekerjaanNya di dunia, kita dimampukan untuk melakukan perkara yang besar dan ajaib, kita menjadi berkat bagi banyak orang, kita mencapai kemaksimalan dalam semua potensi kita, kita memenuhi panggilan hidup kita, kita bukan lagi anak melainkan sahabatNya, mitra kerjaNya. Namun, Tuhan menginginkan kita memiliki hubungan yang lebih dalam dengan setiap kita, bukan sekedar anak dengan bapa, bukan sekedar sahabat, tetapi Dia ingin kita menjadi kekasih hatiNya, Sang mempelaiNya.

​

​

KITA ADALAH MEMPELAI-NYA

Setiap kita adalah mempelai Kristus, setiap kita sedang menanti kedatanganNya untuk menjemput kita masuk dalam Perjamuan Kawin Anak Domba. Dalam proses kehidupan kita, kita sedang dipersiapkan menjadi mempelai perempuan yang suci dan tidak bercela bagi Kristus. Dalam Efesus 5:25-27 tertulis, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat dihadapan diri-Nya dengan cemerlang tanapa cacat atau kerut atau yang serupa dengan itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." Kita sedang dalam proses menjadi serupa dengan Kristus agar kita menjadi mempelai wanita yang layak bagi-Nya, Dia menebus hidup kita, Dia memberikan Roh-Nya, memberikan FirmanNya agar kita disucikan dan dikuduskan dari hari ke hari.

​

MENANTI KEDATANGAN-NYA

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." Yesus menggunakan analogi pernikahan yahudi untuk menggambarkan kepada kita bagaimana hubungan-Nya dengan kita sebagai mempelainya.

 

Dalam tradisi pernikahan Yahudi, sang mempelai pria-lah yang berinisiatif dalam pernikahan dimana dia harus meninggalkan rumah ayahnya untuk pergi membeli mempelai wanita. Yesus meninggalkan sorga dan turun ke bumi untuk membeli kita sebagai mempelai wanitanya dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah-Nya sendiri (Kis 20:28, 1 Kor 6:19-20).

 

Setelah mempelai laki-laki membayar harga pembelian, perjanjian pernikahan didirikan. Sang pria muda dan gadis itu dianggap sebagai suami dan istri. Sejak saat itu, mempelai wanita dinyatakan kudus atau dikuduskan; terpisah khusus untuk mempelai pria. Jadi gereja dikatakan dikuduskan dan ditetapkan atau dipisahkan secara eksklusif bagi Kristus (Efesus 5:25-27; 1 Kor 1:2; 6:11, Ibrani 10:10; 13:12).

 

Setelah perjanjian pernikahan didirikan, mempelai pria akan meninggalkan rumah mempelai perempuan dan kembali ke rumah ayahnya. Di sana ia akan tetap terpisah dari istrinya untuk jangka waktu sekitar 12 bulan. Selama periode pemisahan, mempelai wanita Yahudi menggunakan waktu ini untuk mengenakan baju pengantinnya dan mempersiapkan diri dan mempercantik diri untuk kehidupan pernikahannya. Pada akhir periode pemisahan, mempelai pria akan datang mengambil mempelai wanita untuk tinggal bersamanya. Pengambilan pengantin wanita biasanya berlangsung pada malam hari. Jadi Kristus akan datang kembali mengambil gereja (mempelai wanita) untuk hidup bersama-Nya di akhir periode pemisahan.

 

Saudaraku, sebagai gereja yang akan dipertunangkan dengan Kristus, janganlah kita menjadi takut menanti kedatanganNya, karena Dialah mempelai kita, kita seharusnya bersukacita menanti kedatanganNya yang kedua kali, dan kita perlu mempersiapkan diri kita, mempercantik diri kita, mendandani kehidupan kita dengan perbuatan baik, kebajikan, kemurahan, dan semua hal yang benar melalui anugerahNya.

​

​

God bless you.

Ps. Chris' Devotions

bottom of page